Jumat, 15 Februari 2013

Django Negro dan Jenggo Bugis

Django Unchained adalah Film yang mengisahkan tentang penghapusan perbudakan yang diperankan oleh Jamie Fox sebagai Django-"Nama saya Djengo...jangan sebut D", kata Django saat memperkenalkan dirinya kepada salah seorang tuan tanah yang mempekerjakan ratusan budak dari bangsa Negro. Kisah yang berlatar belakang kehidupan di tahun 1858, dimana pada saat itu kasus perbudakan diceritakan masih sangat marak di Amerika Serikat, dan Django adalah salah seorang budak yang telah dibebaskan oleh Dr. King. Lewat tangan Dr. King inilah, Django makin mahir berkuda,menembak dan bergaya coboy. Bahkan Django pun sudah pandai bersandiwara dan bermain strategi saat melakonkan dirinya sebagai pembunuh bayaran. Tetapi dari pengalaman sebagai coboy itulahm Django akhirnya bisa melacak siapa yang telah menculik istrinya. 

Menyaksikan film ini, saya pun teringat istilah jenggo melalui orang tua di ranah Bugis. Kata Jenggo ini muncul ketika hendak memberikan kesan hebat dan jagoan kepada seorang lelaki. Istilah kerennya,adalah sang jagoan. Jenggo dalam istilah bugis adalah seorang pria pemberani dan kuat. Bukan sekedar menumpas kebatilan dan kejahatan, tetapi lebih pada penampilan,keberanian menghadapi sesuatu. Bukan saja keberanian berkelahi tetapi keberanian dalam segala hal, misalnya, menyelamatkan seseorang, menangkap ular,menyebrangi titian bambu, jago memanjat, main panah dan hal-hal yang menampilkan kehebatan pada seseorang. Orang-orang bugis kadang mengatakan "Jenggo mentong anaknya orang", artinya hebat betul anak itu. 

Saya tak bisa menyelaraskan history antara Django dari Misisipi USA dan Jenggo dari tanah Bugis Indonesia. Tetapi dari segi pemaknaan dan penampilan antara  Django USA dan Jenggo Bugis memiliki persamaan yakni lelaki pemberani dan jagoan.