Sajak almarhum si burung merak, WS Rendra mungkin masih bisa menjadi inspirasi buat bangsa kita pada saat ini, atau masih mewakili kereasahan bangsa kita. Bahwa bangsa kita ini adalah bangsa yang pemalas. Yah memang pemalas...salah satu buktinya adalah, kita masih menjadi bangsa produsen atas segala hasil yang diciptakan oleh bangsa lain. Mobil,elektronik, pakaian, jam tangan, makanan, music dan hampir seluruh gaya hidup anak bangsa ini bermerk import. Akhir tahun ini, serbuan gangnam style telah merasuk ke kalangan remaja dan pemuda bangsa kita.Padahal, seabrek musik, budaya bangsa ini tak kalah hebatnya dengan budaya dari negara lain. Hanya saja, bangsa kita kurang peduli dan kurang percaya diri atas apa yang mereka produksi sendiri. "saatnya kita berhenti membeli rumus-rumus asing", WS. Rendra.
Kita mesti keluar ke jalan raya, ke desa-desa......"
"Aku bertanya, tapi pertanyaanku membenturi meja-meja kekuasaan yang macet...."
Pemimpin kita masih membisu, semakin bebal akan segala protes. Jadi jangan heran, jika mahasiswa masih kerapkali menggelar aksi unjuk rasa, turun di jalan dan memprotes segala kebijakan. Kalau mereka anarkis, bentrok itu hal lumrah bagi negara yang dipimpin oleh para pejabat yang bebal,segala protes membentur pada jidat penyair salon dan pejabat, sementara ketidakadilan terlihat di depan mata.
Jadi wajar, jika Harian Kompas edisi 12/12/2012 melalui headline nya menyatakan, Negara kita butuh konsensus baru. "Konsens Baru Mutlak Dibuat", Kompas. Sebab kata Faisal Basri, rakyat tidak merasakan kehadiran negara.